إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ
وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ
إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
أَمّا بَعْدُ فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ
هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ
ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’alayang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada
kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan
untuk Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para
pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada
Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat
kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Dalam hal menjalankan perintah dan
menjauhi larangan, akhir-akhir ini Ummat Islam diliputi keadaan yang menuntut
kehadi-hatian yang sangat. Kalau tidak hati-hati, maka akan terjerumus sangat
dalam, karena kemungkinan yang diucapkan oleh lisan, diperbuat oleh anggota
badan, dan diyakini oleh hati, kemungkinan justru hal-hal yang sangat dilarang
Islam. Dalam hal ini yang akan kita bicarakan adalah merajalelanya gejala setia
kepada orang kafir, yang dalam Islam sangat dilarang, namun di masyarakat
justru tampak semakin berkembang.
Untuk mengetahui bagaimana gejala
mencintai atau setia atau loyal terhadap orang kafir, mari kita simak uraian
ulama terkemuka saat ini yakni Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, dalam bab مظاهر
موالاة الكفار Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar – gejala-gejala setia kepada
orang-orang kafir berikut ini.
Di antara
gejala setia terhadap Kafirin
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah, bentuk-bentuk kesetiaan atau loyalitas
atau bahasa Islamnya wala' terhadap kafirin sungguh telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah, di antaranya akan diuraikan 10 gejala sebagai berikut:
1. Menyerupai
kafirin dalam berpakaian, ucapan, sikap dan lainnya. Itu
menunjukkan kecintaan pada mereka, karena Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ *. (أبو داود)
"Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka." (HR Abu Daud,
dan At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan)
Oleh karena itu diharamkan menyerupai
orang-orang kafir dalam hal yang menjadi ciri khusus mereka, yang berupa
tradisi atau adat kebiasaan, ibadah, symbol dan akhlak mereka seperti mencukur
jenggot, memanjangkan kumis, berbicara dengan bahasa mereka kecuali ada
kebutuhan yang mendesak, demikian juga dengan mode berpakaian mereka, makan,
minum dan sebagainya.
2. Tinggal di
negeri kafir dan tidak pindah ke negeri Muslimin untuk menyelamatkan ad-dien. Berdiamnya di
negeri kafir menunjukkan loyalitasnya terhadap orang kafir. Allah Ta'ala
mengharamkan bermukimnya orang Muslim di antara orang-orang kafir apabila ia
mampu untuk berhijrah.
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا
فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ
تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ
جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (97).
"Sesungguhnya orang-orang yang
diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka)
malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?' Mereka menjawab, 'Adalah
kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).' Para malaikat berkata,
'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?'
Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali." (QS. An-Nisaa' [4] : 97)
إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا
يَسْتَطِيعُونَ حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (98).
"Kecuali
mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak
mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah)." (QS.
An-Nisaa' [4] : 98)
فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا
غَفُورًا (99).
"Mereka
itu, mudah-mudahan Allah mema`afkannya. Dan adalah Allah Maha Pema`af lagi Maha
Pengampun." (QS. An-Nisaa' [4] : 99)
Allah Ta'ala tidak menerima alasan setiap
Muslim yang bermukim di negara orang kafir kecuali mereka yang lemah, yang
tidak mampu untuk berhijrah, juga orang-orang yang bermukimnya ada kemaslahatan
ad-dien, misalnya berda'wah dan menyebarkan Islam di negri mereka.
3. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah bepergian ke negeri kafir
dengan tujuan wisata dan rekreasi. Hal yang demikian haram hukumnya kecuali
untuk hal yang sangat diperlukan, seperti berobat, berdagang, studi tentang
sesuatu yang bermanfaat yang tidak dapat tercapai kecuali dengan mengadakan
perjalanan ke negeri mereka, maka hal itu diperbolehkan sesuai dengan
kebutuhan. Jika kebutuhannya telah terpenuhi, ia wajib kembali ke negeri kaum
muslimin.
Dan disyaratkan pula untuk
diperbolehkannya mengadakan perjalanan semacam ini, ia mampu menampakkan
agamanya, bangga dengan keislamannya, menjauhi tempat-tempat kejahatan, waspada
terhadap penyelinapan musuh-musuhnya dan tipu daya mereka. Dan diperbolehkan
juga untuk bepergian atau wajib pergi ke negeri mereka apabila dimaksudkan
untuk berdakwah di jalan Allah.
4. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah membantu kafirin untuk
mengalahkan Muslimin, memuji-muji dan membela mereka. Ini merupakan
bagian dari rusaknya aqidah, dan penyebab kemurtadan.
5. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah meminta bantuan kepada kaum
kafir, mempercayakan urusan kepada mereka, memberikan
kekuasaan kepada mereka agar menduduki jabatan yang di dalamnya ada banyak
perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta menjadikan mereka sebagai
kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.
Allah Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ
لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ
أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ
الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ(118).
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu.
Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati
mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya."(QS. Ali
Imran [3] : 118)
هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ
كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ
الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
بِذَاتِ الصُّدُورِ(119).
"Beginilah
kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu
beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka
berkata, 'Kami beriman'; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung
jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka),
'Matilah kamu karena kemarahanmu itu'. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi
hati." (QS. Ali Imran [3] : 119)
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ
يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ
شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ(120).
"Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS. Ali
Imran [3] : 120)
Ayat-ayat yang mulia ini mengungkapkan
hakekat kaum kafir dan apa yang mereka sembunyikan dari kaum muslimin yang
berupa kebencian dan siasat untuk melawan kaum muslimin seperti tipu daya dan
pengkhianatan. Dan ayat ini juga mengungkapkan tentang kesenangan mereka bila
kaum muslimin mendapat musibah. Dengan berbagai cara mengganggu ummat Islam.
Bahkan kaum kuffar tersebut memanfaatkan kepercayaan ummat Islam kepada mereka
dengan menyusun rencana untuk memojokkan dan membahayakan ummat Islam.
وَرَوَى الْإِمَامُ أَحْمَد بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ :
قُلْت لِعُمَرِ : إنَّ لِي كَاتِبًا نَصْرَانِيًّا قَالَ : ما لَك قَاتَلَك اللَّهُ
أَمَا سَمِعْت اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
} أَلَا اتَّخَذْت حَنِيفِيًّا قَالَ : قُلْت : يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ لِي
كِتَابَتُهُ وَلَهُ دِينُهُ قَالَ : لَا أُكْرِمُهُمْ إذْ أَهَانَهُمْ اللَّهُ
وَلَا أُعِزُّهُمْ إذْ أَذَلَّهُمْ اللَّهُ وَلَا أُدْنِيهِمْ إذْ أَقْصَاهُمْ
اللَّهُ
Imam Ahmad telah meriwayatkan dengan
sanad yang shahih dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu anhu, dia berkata kepada
‘Umar radhiyallahu anhu, "Saya memiliki sekretaris yang beragama
Nashrani". ‘Umar berkata, "Mengapa kamu berbuat demikian? Celakalah
engkau. Tidakkah engkau mendengar Allah Ta’ala berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ …} (51) سورة المائدة.
"Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nashrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka adalah pemimpin bagi
sebagian yang lain…" (QS. Al-Ma’idah [5] : 51)
Kenapa tidak engkau ambil seorang muslim
sebagai sekretarismu?' Abu Musa menjawab, 'Wahai amirul mukminin, saya butuhkan
tulisannya dan urusan agama terserah dia'. Umar berkata:
لَا أُكْرِمُهُمْ إذْ أَهَانَهُمْ اللَّهُ وَلَا أُعِزُّهُمْ إذْ أَذَلَّهُمْ
اللَّهُ وَلَا أُدْنِيهِمْ إذْ أَقْصَاهُمْ اللَّهُ
'Saya tidak akan memuliakan mereka
karena Allah telah menghinakan mereka, saya tidak akan mengangkat derajat
mereka karena Allah telah merendahkan mereka dan saya tidak akan mendekati mereka
karena Allah telah menjauhkan mereka'."
Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَرَجَ إِلَى بَدْرٍ حَتَّى إِذَا كَانَ بِحَرَّةِ الْوَبَرَةِ لَحِقَهُ رَجُلٌ
مِنَ الْمُشْرِكِينَ يَذْكُرُ مِنْهُ جُرْأَةً وَنَجْدَةً فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَسْتَ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قَالَ
لَا قَالَ ارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ. (مسلم)
Bahwasannya
Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam keluar menuju Badar. Tiba-tiba seseorang dari
kaum musyrikin menguntitnya dan berhasil menyusul beliau ketika sampai di
Harrat alwabarah, lalu dia berkata, "Sesungguhnya aku ingin mengikuti kamu
dan aku rela berkorban untuk kamu". Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Berimankah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya?" dia berkata,
"Tidak". Beliau bersabda:
ارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ.
"Kembalilah,
karena saya tidak akan meminta pertolongan kepada orang musyrik". (HR Ahmad dan
Muslim)
Dari nash-nash tersebut di atas, jelas
bagi kita tentang haramnya mengangkat kaum kafir untuk menduduki jabatan
pekerjaan kaum muslimin yang mereka nanti akan mengokohkan kedudukannya dengan
sarana yang ada padanya untuk mengetahui keadaan kaum muslimin dan membuka
rahasia-rahasia mereka atau menipu dan menjerumuskan ummat Islam ke dalam
kerugian dan kebinasaan. Namun sayang hal ini banyak terjadi pula di negeri
kaum muslimin, negeri Haramain Syarifain (Saudi Arabia) yang menjadikan kaum
kuffar sebagai pekerja-pekerja, sopir-sopir, pelayan-pelayan, guru-guru di
rumah-rumah yang bergaul bersama mereka keluarga muslim atau membaur dengan
kaum muslimin di negerinya.
6. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah menggunakan kalender kafirin,
khususnya yang mencatat hari-hari suci dan hari-hari besar mereka, seperti kalender Masehi yang menyebutkan peringatan hari Kelahiran
Al-Masih ‘alaihissalam yang hari raya itu adalah bid'ah yang mereka ada-adakan, dan bukanlah dari
ajaran Al-Masih (Nabi ‘Isa) ‘alaihissalam. Karena itu menggunakan kalender ini berarti ikut berpartisipasi dalam
menghidupkan syi’ar dan hari raya mereka. Hendaknya kita menghindari masalah
ini, karena para sahabat radhiyallahu
‘anhum pun berpaling dari kalender orang-orang
kafir dan mereka membuat kalender sendiri yang dimulai dengan peristiwa
hijrahnya Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam pada masa khalifah Umarradhiyallahu
‘anhu. Hal tersebut menunjukkan wajibnya
menyelisihi kaum kuffar dalam masalah ini dan ciri-ciri khas mereka. Semoga Allah Ta’ala menolong kita.
7. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah ikut serta di hari-hari besar
kafirin, membantu penyelenggaraan upacara mereka, mengucapi selamat pada hari itu, mendatangi undangan upacara mereka pada
hari itu. Firman Allah:
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ [الفرقان/72]
"Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu." (QS.
Al-Furqon [25] : 72); telah ditafsirkan bahwa dari sifat hamba-hamba adalah
sesungguhnya mereka tidak mendatangi hari-hari besar orang kafir.
8. Dan termasuk
gejala setia kepada orang kafir adalah memuji, terpesona, kagum terhadap
kafirin.
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ
زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ
وَأَبْقَى (131).
"Dan
janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai
mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih
kekal." (QS. Thoha [20] : 131)
Yang demikian itu bukan berarti orang
Islam tidak boleh mencari tahu tentang sebab-sebab kekuatan mereka, seperti:
kemajuan teknologi, teknik militer dan keberhasilan ekonomi mereka, akan tetapi
yang demikian itu justru dituntut.
Allah Ta’ala berfirman:
{ وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ }
"Bersiaplah
untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa yang kamu sanggupi."(QS. Al-Anfaal [8] : 7)
Pada dasarnya beberapa hal yang
bermanfaat dan rahasia-rahasia alam semesta yang ada adalah untuk kaum
muslimin. Allah Ta’ala berfirman:
{قُلْ مَنْ حَرَّمَ
زِينَةَ اللّهِ الَّتِيَ أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالْطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
قُلْ هِي لِلَّذِينَ آمَنُواْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ …} (32) سورة الأعراف.
"Katakanlah,
'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya
untuk hamba-hamba-Nya dan juga rejeki yang baik?'. Katakanlah, 'Semua itu
disediakan bagi orang-orang yang beriman di dunia dan khusus untuk mereka saja
di hari kiamat'." (QS. Al-A’raf [7] : 32)
Firman Allah Ta’ala:
{وَسَخَّرَ لَكُم
مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ
لَآيَاتٍ لَّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ} (13) سورة الجاثية.
"Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS.
Al-Jatsiyah [45] : 13)
Allah Ta’ala berfirman:
{هُوَ الَّذِي
خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً …} (29) سورة البقرة.
"Dialah
yang telah menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu." (QS.
Al-Baqoroh [2] : 29)
Oleh karena itu kaum muslimin wajib
saling berlomba dalam usaha memperoleh beberapa teknologi dan potensi yang ada,
jangan sampai ditemukan orang kafir agar muslimin tidak tergantung kepada orang
kafir dalam memperoleh teknologi tersebut. Bahkan dianjurkan agar Muslimin
memiliki industri-industri dan menciptakan perlengkapan-perlengkapan yang
diperlukan.
9. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah memberi nama dengan nama-nama
orang kafir.
Banyak di antara kaum muslimin yang
memberi nama kepada anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan dengan
nama-nama asing dan meninggalkan nama bapaknya, ibunya, kakeknya, neneknya dan
nama-nama yang dikenal di masyarakatnya. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ خَيْرَ الأَسْمَاءِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَالْحَارِثُ.
"Sesungguhnya
sebaik-baiknya nama adalah Abdullah, Abdur Rahman, dan Al-Harits". (HR Ahmad,
shahih menurut Syaikh Syu’aib Al-Anauth)
Perubahan nama-nama tersebut berakibat
hilangnya kesatuan dengan generasi sebelumnya, juga menghapus identitas nama
keluarga tertentu yang biasa dikenal dengan nama-nama khas mereka.
10. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah berdoa memintakan ampun dan
rahmat bagi kafirin. Allah telah mengharamkan hal yang demikian ini dalam firman-Nya:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا
لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ
أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ(113).
"Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum
kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu,
adalah penghuni neraka Jahannam." (QS. At-Taubah [9] : 113)
Karena dalam permasalahan ini mengandung
adanya suatu rasa kecintaan terhadap mereka dan membenarkan sesuatu yang ada
pada mereka.
Jama’ah
Jum’ah rahimakumullah, demikianlah penjelasan Syaikh Shalih
bin Fauzan Al-Fauzan, ulama terkemuka sekarang ini, abad ini, dalam bab مظاهر
موالاة الكفار Madhaahiru Muwaalatil Kuffaar —gejala-gejala setia kepada
orang-orang kafir— dalam buku:
الإرشاد إلى صحيح الاعتقاد والرد على أهل الشرك والإلحاد
Al-Irsyadu isla shahiihil I’tiqaad
warraddi ‘alaa ahlis syirki wal ilhaad.
Perlu sangat diperhatikan, terutama dua
gejala ini, yaitu gejala keempat dan kelima:
4. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah membantu kafirin untuk
mengalahkan Muslimin, memuji-muji dan membela mereka. Ini
merupakan bagian dari rusaknya aqidah, dan penyebab kemurtadan.
5. Dan
termasuk gejala setia kepada orang kafir adalah meminta bantuan kepada kaum
kafir, mempercayakan urusan kepada mereka, memberikan
kekuasaan kepada mereka agar menduduki jabatan yang di dalamnya ada banyak
perkara yang menyangkut urusan kaum muslimin, serta menjadikan mereka sebagai
kawan terdekat dan teman dalam bermusyawarah.
Dua gejala itu disamping mengancam
hancur leburnya keimanan pelakunya, masih pula sangat merugikan kaum muslimin
pada umumnya. Maka wajib dihindari sama sekali. Adapun seandainya telah
menggejala di masayarakat, maka mari kita berantas sekuat-kuatnya secara tolong
menolong dalam kebaikan untuk memberantas kemunkaran. Apalagi masalah ini
sangat membahayakan Ummat Islam secara keseluruhan.
Semoga Allah subahanahu wa ta’ala
berkenan memberi hidayah kepada kita semua sehingga kita mampu memahamainya
dengan baik dan menghindarinya sejauh-jauhnya, karena gejala-gejala itu sangat
membahayakan keimanan kita namun tampaknya justru memang menggejala di
mana-mana. Hanya Allah lah tempat kita berlindung dari segala bahaya terutama
bahaya mencintai kekafiran yang seolah menggoda manusia setiap saat dan bahkan
dihiasi dengan kata-kata indah nan menawan sehingga banyak menjerumuskan orang. Na’udzubillahi min dzalik. Kami berlindung dari hal yang demikian.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرّحِيْمِ .
Khutbah
Kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ
يَسْمَعُونَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ
رَّحِيمٌ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ . وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا . وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
0 komentar:
Posting Komentar